Kamis, 13 Desember 2007

Term of References Master Class

ENCOURAGING INDONESIAN DOCUMENTARY

Masterclass

10-15 Desember 2007

Latar Belakang

Film dokumenter Indonesia berkembang dengan baik pada dasawarsa terakhir ini. Ada banyak produksi film dokumenter, baik oleh para filmmaker profesional maupun pendatang baru. Festival, kompetisi, dan workshop film yang banyak dilaksanakan di Indonesia juga memberi ruang yang cukup luas bagi perkembangan film dokumenter.

Produksi film dokumenter terutama mulai berkembang dari lingkungan lembaga swadaya masyarakat, berupa film-film penyuluhan dan reportase program mereka. Beberapa televisi swasta juga mengembangkan program film dokumenter dalam berbagai variasi tematik, terutama berbentuk reportase investigatif dan kisah perjalanan. Di sisi lain, filmmaker yang memiliki minat utama pada film dokumenter juga semakin produktif menghasilkan karya, baik berdasarkan pesanan dan proyek khusus ataupun program mandiri mereka sendiri, antara lain untuk disertakan dalam berbagai festival di dalam dan luar negeri. Banyaknya festival dan kompetisi film dokumenter juga mendorong antusiasme dari para filmmaker pemula, yang sebagian di antaranya berhenti pada satu atau dua film awal mereka, tetapi sebagian yang lain meneruskan proses kreatif mereka di bidang film dokumenter.

Festival dan kompetisi film dokumenter di Indonesia sendiri sebagian besar masih menjadikan film dokumenter sebagai program ikutan, sebagai tambahan dari program utama di bidang film fiksi. Beberapa festival besar dan permanen yang memiliki program film dokumenter, antara lain: Festival Film Indonesia (FFI) dan Jakarta International Film Festival (JIFFEST). Beberapa festival yang lain adalah: Slingshort, Festival Film Pendek Konfiden, S13fest, South to South Film Festival, Q Film Festival, JAFF-NetPac, dan yang lainnya. Program film dokumenter yang sempat mendapat perhatian besar dari masyarakat adalah Eagle Award, yang dilaksanakan oleh MetroTV dan Indocs, berupa kompetisi naskah film dokumenter oleh filmmaker pemula yang kemudian mendapat pelatihan dan bantuan teknis dalam produksi akhir. Program ini tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan oleh JIFFEST, yang melaksanakan kompetisi script development, dengan finalis mendapatkan pelatihan teknis dan pemenang akhir mendapat bantuan dana produksi.

Selain festival dan kompetisi, film dokumenter juga marak berkembang dengan adanya pelatihan atau workshop singkat film dokumenter, yang dilaksanakan oleh beberapa lembaga, antara lain: Indocs., IKJ dan The Bodyshop Indonesia, LkiS, Kampung Halaman, LSM-LSM lokal, dan yang lainnya. Program-program ini terutama ditujukan untuk sineas pemula dan para pelajar.

Permasalahan

Dari berbagai festival dan kompetisi yang dilaksanakan di Indonesia, beberapa catatan berikut merupakan kritik utama terhadap flm dokumenter Indonesia, baik karya filmmaker pemula maupun profesional. Catatan-catatan ini terutama diperoleh dari catatan dewan juri yang biasa disertakan dalam pengumuman pemenang kompetisi.

  1. Masih lemahnya kemampuan teknis dan estetis dari filmmaker, terutama para filmmaker pemula.
  2. Film dokumenter yang ada sebagian besar masih bersifat konvensional dan sangat dipengaruhi oleh gaya film dokumenter televisi.
  3. Tema film dokumenter Indonesia terutama berada pada arus besar keberpihakan pada tema-tema marjinal, antara lain: potret personal dan sosial kelompok miskin, lingkungan alam dan tradisi-budaya pinggiran, dan kecenderungan untuk menampilkan mereka yang kalah dan terkalahkan.
  4. Secara teknis, film-film dokumenter yang muncul memiliki alur dengan pola naratif dan linear.
  5. Riset dan pengembangan ide dengan perspektif tunggal dan sempit.
  6. Perlunya pengembangan yang lebih mendalam kemampuan para filmmaker yang mulai memiliki pola pendekatan personal dan gaya penggarapan observasional.

Masterclass adalah program yang terdiri dari lima hari workshop, diskusi, klinik film dan forum dengan Filmmaker dan praktisi dokumenter nasional dan internasional. Mengundang 30 partisipan dari sutradara yang masuk nominasi seksi kompetisi dan 10 observer yang disaring panitia. Program ini diharapkan dapat memberikan wacana baru, memperkuat pengetahuan dan ketrampilan teknis dan estetis, meningkatkan apresiasi dan mendorong perkembangan film dokumenter Indonesia. Tujuan utama program ini adalah penguatan filmmaker muda indonesia, membangun kultur dokumenter, membangun jaringan antar filmmaker muda nasional dan international.

Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, program Master Class Film Dokumenter Indonesia ini memiliki tujuan utama sebagai berikut:

  1. Pengayaan wacana film dokumenter bagi filmmaker dokumenter Indonesia.
  2. Meningkatkan kepercayaan diri filmmaker dokumenter Indonesia untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sekaligus memproduksi film dokumenter.

Format

Program ini dilaksanakan dengan beberapa format tatap muka, yakni:

  1. Kuliah, pemberian materi oleh narasumber, dilanjutkan dengan tanya-jawab.
  2. Workshop, satu materi dibahas bersama oleh narasumber dan peserta, dikembangkan dalam praktik dan aplikasi oleh peserta.
  3. Klinik, temu konsultatif para peserta kepada narasumber. Setiap peserta menyampaikan persoalan dan pertanyaan yang akan dipetakan dalam beberapa kelompok besar untuk dibahas oleh narasumber yang berkompeten.
  4. Diskusi Partisipatif, pembahasan satu materi oleh seluruh peserta, bersifat tukar gagasan dan pengalaman.

Materi

Program ini menggali dan mengembangkan beberapa materi pokok, yakni:

  1. Bentuk dan genre film dokumenter
  2. Penggalian ide dan pengembangan gagasan
  3. Riset dan penggarapan
  4. Suplemen film dokumenter Indonesia, yakni: publikasi dan distribusi (diseminasi), jaringan kerja dan apresiasi, dan dokumentasi dan edukasi.

A. Bentuk dan Genre

1. Apa dokumenter itu?

a. Prinsip dasar dan aspek estetik film dokumenter, bersifat teoritis, diberikan dalam format kuliah umum.

b. Sejarah dan perkembangan film dokumenter, pembahasan materi ini bersifat umum dan general, disampaikan dalam format kuliah umum.

c. Genre dan bentuk, bersifat teoritis, dengan format kelas kuliah umum.

2. Studi kasus film dokumenter, akan membahas film-film dokumenter Indonesia dan dunia, terutama dengan mengambil materi tren dan film dokumenter yang faktual, dengan format kelas kuliah dan diskusi partisipatif, narasumber utama filmmaker profesional Indonesia, pengamat film, dan pemateri luar.

B. Penggalian Ide dan Pengembangan Gagasan

a. Presentasi peserta, diambil dari beberapa finalis, dengan memperhatikan keragaman. Materi ini akan dibahas oleh narasumber dan seluruh peserta, dengan format kelas berupa diskusi partisipatif.

b. Materi oleh narasumber, kemudian dicoba secara aplikatif oleh peserta, dengan format kelas workshop.

C. Riset dan Penggarapan

a. Presentasi peserta, diambil dari beberapa film finalis, dengan memperhatikan keragaman. Materi ini akan dibahas oleh narasumber dan seluruh peserta, dengan format kelas berupa diskusi partisipatif.

b. Materi oleh narasumber, kemudian dicoba secara aplikatif oleh peserta, dengan format kelas workshop.

D. Suplemen film dokumenter Indonesia

Adalah materi tambahan dalam bidang-bidang publikasi dan distribusi (diseminasi), jaringan kerja dan apresiasi, dan dokumentasi dan edukasi. Materi ini dikembangkan dengan format diskusi partisipatif oleh seluruh peserta. Selain itu, program suplemen ini juga dipresentasikan dalam diskusi-diskusi tambahan, yakni: “Filmmaking in the Eye of the Storm”, “Guerilla Filmmaking”, “Confession”, “Sound Session”, dll.

Tidak ada komentar: